Khilaf, Benci, dan Cinta
Masih saja sepenggal catatan dari Ustad Salim yang patut menjadi renungan untuk kita semua. Semoga bermanfaat ^^
seorang kawan , dalam doa dan salamnya
diberlalunya seperempat abad usiaku
kembali mengenangkanku sebuah kaidah
"bencilah kesalahannya tapi jangan kau benci pelakunya"
betulkah aku sudah mampu begitu
pada saudaraku, pada keluargaku
pada para kekasih yang kucinta?
saat mereka terkhilaf dan disergap malu
betulkah kemaafanku telah tertakdir
mengiringi takdir kesalahan mereka?
tapi itulah yang sedang kuperjuangkan
dalam tiap ukhuwah dan cinta
dalam ikatan yang Allah jadi saksinya
karena aku tahu, bahwa terhadap satu orang aku
selalu mampu membenci luputnya
tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
itulah sikapku selalu, pada diriku sendiri
kucoba serap lagi kekata asy syafi'i
"aku mencintai orang-orang shalih"
begitu katanya, diiringi titik air mata
"meski aku bukanlah bagian dari mereka
dan aku membenci para pemaksiatNya
meski aku tak berbeda dengan mereka"
ya...mungkin dia benar
tapi dalam tiap ukhuwah dan cinta
dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
aku ingin meloncat ke hakikat yang lebih tinggi
karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
memiliki sisi kelam,
yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
maka cukuplah bagiku
memandang sang bulan
pada sisi cantik yang menghadap ke bumi
tentu, tanpa kehilangan semangat
untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
sebagaimana sang rembulan
yang kadang harus menggerhanai matahari
seorang kawan , dalam doa dan salamnya
diberlalunya seperempat abad usiaku
kembali mengenangkanku sebuah kaidah
"bencilah kesalahannya tapi jangan kau benci pelakunya"
betulkah aku sudah mampu begitu
pada saudaraku, pada keluargaku
pada para kekasih yang kucinta?
saat mereka terkhilaf dan disergap malu
betulkah kemaafanku telah tertakdir
mengiringi takdir kesalahan mereka?
tapi itulah yang sedang kuperjuangkan
dalam tiap ukhuwah dan cinta
dalam ikatan yang Allah jadi saksinya
karena aku tahu, bahwa terhadap satu orang aku
selalu mampu membenci luputnya
tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
itulah sikapku selalu, pada diriku sendiri
kucoba serap lagi kekata asy syafi'i
"aku mencintai orang-orang shalih"
begitu katanya, diiringi titik air mata
"meski aku bukanlah bagian dari mereka
dan aku membenci para pemaksiatNya
meski aku tak berbeda dengan mereka"
ya...mungkin dia benar
tapi dalam tiap ukhuwah dan cinta
dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
aku ingin meloncat ke hakikat yang lebih tinggi
karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
memiliki sisi kelam,
yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
maka cukuplah bagiku
memandang sang bulan
pada sisi cantik yang menghadap ke bumi
tentu, tanpa kehilangan semangat
untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
sebagaimana sang rembulan
yang kadang harus menggerhanai matahari
wah, bagus sekali. sangat menyentuh mba...
BalasHapusoiya salam kenal dari lampung
setiap detik adalah perjuangan, setiap kata adalah kenangan. salam dari lampung.
BalasHapus