Kala Proposalku Harus Aku Rapikan Lagi {Part 1)
“Mbak..masku sudah bawa proposalmu,
beliau mau baca dulu sebelum ketemu dengan temannya”, satu sms masuk kala waktu
itu, aku sedang menemani temanku makan malam. Sambil mengobrol, aku sempatkan
membalas sms singkat itu. Aku mengetikkan, “Iya ,makasih ya dik J “. Dengan cepat ia pun
menjawab , “Sama-sama mbak J”,
pun dengan emoticon senyum. Dalam makan malam itu kami pun melanjutkan
perbincangan. Tak terlewatkan adalah cerita dari teman-teman kami kuliah. Dari
yang selalu galau, yang sudah berkeluarga, bahkan yang masih tertahan oleh
dosen bimbingannya. Ah….kami hanya berharap agar semua bahagia dengan kehidupan
masing-masing. Lantas aku? Malam itu aku tak tau harus bersikap bagaimana. Aku
juga tidak menceritakan masalahku ini dengan temanku. Ku rasa dia bukan orang
yang tepat jikalau mendengar masalah ini. Aku hanya khawatir akan ada tanda tanya
besar dan aku harus menjelaskannya dari A-Z. Dan kupikir untuk tidak
menceritakannya.
Finally, setelah aku mengantarkan
temanku ke kosnya, dan Alhamdulillah malam itu aku sudah memenuhi janjiku untuk makan bersama. Maklum karna
kesibukan kami yang amat padat, Ia pun mulai beradaptasi dengan daerah yang
sangat asing baginya,dan bagiku juga. Kami masih terpaku pada budaya tempat
kami duduk kuliah. But…sudahlah hidup ini kan terus berjalan walau tak sesuai
dengan idealism kita.
Setelah sampai di rumah, aku pun
segera menghubungi kakak dari temanku, yakni salah seorang Ustadz muda yang
juga sebagai fasilitatorku. Dan dia pun mengatakan bahwa ada salah satu
temannya yang sedang mencari calon istri. Di atas kasur, aku menghempaskan
badanku dan tersenyum membaca sms dari beliau, namanya mas Ali. Bahagia tentu
kala gayung tersambut, doa-doaku selama ini, niat bulatku untuk menyempurnakan
dien ni Allah permudah jalannya. Bagaimana tidak, aku bersyukur. Selang dua
hari setelah aku menitipkan proposalku, kabar gembira itu datang. Ku kencangkan
lagi ikat pinggang, ku gelar sajadah cintaku untuk mengharap yang terbaik.
Dalam smsnya, mas Ali mengatakan bahwa ia akan menemui temannya itu dan
menyampaikan biodataku.
Keesokan harinya, aku ditelepon
oleh beliau, beliau mengatakan bahwa setelah beliau bertemu dengan temannya,
temannya setuju dan mengajukan untuk saling bertemu. Setelah kami semua sepakat
dengan hari pertemuan itu, kami dipertemukan. Beberapa hari sebelum proses itu,
aku merasa gugup, berdebar karena tak bisa membayangkan sosok seperti apa yang
akan di pertemukan karena aku hanya mendengar baru sedikit biodatanya.
Bismillah….aku yakin Allah kan
menuntunku, memberikan jalan terbaik, melangkahkanku ke tempat yang baik, dan
mempertemukanku dengan orang yang baik pula. Sebelum berangkat, tak lupa ku
tunaikan Dhuha agar hati ini lebih tenang, ada perasaan malu dan takut kalau
nanti tamu itu akan kecewa denganku.
continue......
continue......
penasaraaaaaan ... lanjutkan ceritanya
BalasHapusaq menunggu lanjutannya
ehm ehm
uda aku lanjutkan bu tp masih kduu bersambung juga,hehe
HapusMonggo-monggo dibaca ^^