Rezeki dan Jodoh
Rezeki kita
sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Mau ambil lewat jalan halal ataukah haram,
dapatnya segitu juga. Yang beda, rasa berkahnya. Jodoh kita sudah tertulis di
Lauhul Mahfuzh. Mau diambil dari jalan halal ataukah haram, dapatnya yang itu
juga. Yang beda, rasa berkahnya. Keduanya bukan tentang apa, berapa, atau
siapa; tapi BAGAIMANA Allah memberikannya; diulurkan lembut dan mesra atau
dilempar penuh murka? Maka layakkanlah diri dihadapan-Nya untuk dianugerahi
rezeki dan jodoh dalam serah terima paling sacral; mesra, penuh cinta, berkah,
dan bermakna.
Rezeki dan jodoh
di tangan Allah. Tetapi jika tak diambil-ambil, ya di tangan Allah terus.
Ikhtiar suci dan doa mengiba mendekatkan keduanya. Setiap orang memiliki
jodohnya. Jika takdir dunia tak menyatukannya atau malah mendekatkan pada yang
tak sejalan; surge kelak mempertemukan. Jodoh Nuh dan Luth bukan istri mereka.
Jodoh Asiyah dan Fir’aun bukanlah suaminya. Maryam ibunda Isa pun kelak bertemu
jodohnya. Jodoh Abu Lahab itu agaknya
Ummu Jamil, sebab mereka kekal hingga neraka. Jodoh Sulaiman agaknya Balqis,
bersama mereka mengabdi padaNya.
Di Surah An-Nuur
ayat 26; diri ialah cermin bagi jodoh hati. Yang baik-baik jadilah jodoh yang
suci-suci. Yang nista-nista jumpalah yang keji-keji. Tentu makna ayat ini
adalah peringatan dan kerangka yang keji-keji. Tentu makna ayat itu adalah
peringatan dan kerangka ikhtiyar: cara menjemput jodoh terbaik adalah dengan
membaikkan diri di tiap bilang hari. Yang menjemput pasangan dengan menggoda
matanya; bersiaplah mendapat ia yang tak tahan atas jebak kejelitaan lain. Tiap
masa lalu buram yang tersesal dalam taubat suci, semoga jadi jalan mengantar
kita pada kelayakan mendapat jodoh yang terbaik.
Jodoh tetap
misteri. Syukuri ketidaktahuan itu dengan merencanakan dan mengupayakan yang
terbaik menuju pernikahan suci di dunia yang fana. Selanjutnya, tugas besar
adalah melestarikan perjodohan itu hingga ke surga; meniti rumah tangga,
sabar-syukur dalam barakah dan ridhaNya.
Rumus keberpasangan tak selalu
sama; (1) ada dua arus sungai yang bertemu, bergabung mengalir jadi satu. Itu
namanya KESAMAAN. Rumus keberpasangan ke (2), ada jua panas menggelegak bertemu
dingin membekukan; menjadi hangat yang syahdu. Itu KESEIMBANGAN. Rumus
keberpasangan ke (3), adalah lautan yang teduh yang berjumpa angin berderu;
menjadi badai yang dahsyat. Itu PERPADUAN.
Berharap akan
sosok boleh saja, tapi jika Allah pilihkan yang lebih baik, lebih kaya, lebih
rupawan darinya dampingi kita, jangan menolak. Nabi anjurkan nazhar, melihat
calon pasangan sebelum menikah. Tentu untuk temukan hal yang menarik, bukan
cacat-cela. Tajamkan mata batin kita.
Dalam hidup
bersama di ikatan suci yang kita ikrarkan bersama ‘jodoh’ kita, hijrahkan cinta
dari kata benda menjadi kata kerja, kalimat amal. Di titian hari-hari setelah
akad suci, hijrahkan rasa dari jatuh cinta menjadi bangun cinta; pastikan jadi
megah istana, tinggi gapai surga. Istri dan suami sejatinya tak saling
memiliki. Kita hanya saling dititipi. Maka salinglah menjaga dalam menggenapkan
agama; menaatiNya.
Dalam buku Kicau Merajut Makna
Komentar
Posting Komentar