What is CINTA?
Bismillah
Setelah mengalami pembicaraan yang cukup serius dengan salah satu sahabat, tiba-tiba ingin menuliskan hakikat tentang cinta, dan mungkin dalam postingan ke depan kita akan bahas mengenai hal yang masih berkaitan tentang cinta, cinta yang suci dalam bingkaian pernikahan. Dua hal yang akhir-akhir ini membuat saya penasaran, hehe…
Cinta itu…tak ada logika (lirik lagunnya Agnes Monica)
Cinta itu abstrak
Cinta itu pengorbanan tanpa mengharap balasan
Cinta itu tak harus memiliki
Cinta itu datang ketika kita bisa mencintai dzatnya Maha Cinta
Atau apalah itu…..sederetan makna cinta yang terucap dari para pecinta yang sering kita dengar. Cinta untuk siapa dan seperti apa? Seharusnya ada subjek dan objek yang jelas ketika kita bicara tentang cinta. Mungkin saya termasuk orang yang awam mengenai hal ini, namun dalam berbagai tulisan yang saya baca saya berusaha untuk menangkap hakikat itu, dan saya setuju dengan pendapat Mbak Afra dalam tulisannya. Kurang lebih seperti paparan berikut ini:
“Menurut Ibnul Qoyyiem al-Jauziyyah dalam buku Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin. Cinta ternyata telah berkembang-biak sedemikian banyaknya, hingga sekitar 50 jenis. Jadi, cinta itu lebih dari sekadar pelangi. Kalau pelangi itu hanya ada warna merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu, maka cinta itu memiliki sekitar 50 warna. Trus, dari berbagai jenis warna itu, ada yang sangat biasa dan guampang sekali melekat pada manusia, ada pula yang begitu langka dan oleh karenanya muahal banget harganya.
Bayangkan jika kita berada di dasar lautan. Di mana terdapat begitu banyak kerang berserakan. Nah, kerang hijau misalnya, karena begitu melimpahnya, hanya dengan uang beberapa ribu rupiah saja, kita bisa mendapatkan satu kilogram. Namun, kerang mutiara, yang begitu langka, harganya bisa ratusan bahkan ribuan kali lipatnya.
Demikian juga cinta. Yang langka, adalah yang jarang didapati. Biasanya ia langka karena begitu istimewa, begitu indah, begitu menawan, dan begitu mempesona. Cinta semacam itu langka, karena sulit mendapatkannya. Oleh karenanya, harganya jadi mahal.
Nah, apa saja derivate cinta itu menurut Ibnul Qoyiem? Mari kita bahas beberapa di antaranya.
1. Al-‘Isyqu (Cinta yang Lebay)
Artinya, cinta yang meluap-luap, yang berlebih-lebihan alias overdosis. Para ulama menyebutnya sebagai ‘puncak cinta’. Menurut Ibnu Sayyidah, orang yang mengalami al-‘isyqu ini, ia mengalami ketakjuban luar biasa terhadap orang yang dicintainya sehingga dia berada di suatu yang terhormat dan suatu yang hina. Ada ulama lain yang mengatakan bahwa kata ini berasal dari sejenis tanaman yang menghasilkan getah perekat. Jadi, setiap saat ia akan lengket kayak perangko.
Pernah lihat seseorang yang jatuh cinta dengan model kayak gini? Buanyak! Misalnya, kamu melihat ada seseorang yang rela mencium kaki cewek idamannya demi menyenangkan hatinya. Atau rela kehujanan dan kedinginan semalam suntuk hanya untuk melihat kekasihnya muncul dari balik jendela di pagi hari. Waduuuh!
Nah, cinta kayak gini, menurut para Ulama, adalah cinta yang paling buruk. Cinta ini enggak lestari. Menurut para ulama, cinta ini seperti pohon, yang tadinya hijau kemudian menguning. Jadi sifatnya enggak abadi, gampang berubah. Bener banget kata iklan, mau eksis, jangan lebay, pliiis. Mau cintanya tetap lestari, yang jangan lebay ….
Ada satu atsar dari Ali bin Abi Thalib, “Cintailah sesuatu sewajarnya saja, karena suatu saat engkau mungkin akan membencinya. Bencilah sesuatu sewajarnya saja, karena suatu saat, engkau mungkin akan mencintainya.” Top banget, deh!
Sayangnya, penganut cinta jenis ini tuh, buanyaaak banget. Lihat tuh, di reality-realty show, bagaimana seorang bintang dielu-elukan fansnya sampai fansnya pingsan. Jadi, emang cinta yang biasa banget tuh!
2. Asy-Syajwu (Cinta yang Berakhir Tragis)
Kadang, cinta semacam ini akan membawa pada derita cinta (al-Washabu) yang berkepanjangan. Apalagi, jika cinta itu sengaja dipelihara, namun justru dipendam. Wah, jadi penyakit.
Ingat kalimat yang terkenal dari si Siluman Babi Ti Pat Kay dalam film Kera Sakti, “Sejak dulu, beginilah cinta, deritanya tiada akhir.” Aldi (bukan nama sebenarnya), bahkan dengan sinis berkata pada Gizone, “Cinta itu bullshit!”
Siapa yang sepakat sama Aldi, bahwa cinta itu seringkali berakhir tragis? Kayak kisah Romea dan Juliet. Sampek-Engtay. Khais dan Laila. Lho, kok banyak yang tunjuk jari. Kalau begitu, ini juga cinta yang biasa banget tuh!
3. Al-Khilabah (Cinta Boong-Boongan)
Rasa-rasanya aku telah keliru
Memilih kamu sebagai kekasihku
Cintamu palsu sayangmu semu
Bermain dan permainkan aku
Seperti ular seperti ular
Yang sangat berbisa sangat berbisa
Suka memangsa suka memangsa
Diriku tergigit cinta
Hihi, ada yang pernah dengar syair lagu Ular Berbisa punya Hello ini? Siapa yang senasib dengan Hello? Ditipu sama sosok yang memesonamu? Inilah yang kata Ibnu Qoyyim disebut sebagai cinta yang mengecoh. Al-Khilabah berarti mengecoh, yakni mengecoh sosok yang sedang dimabuk cinta.
Pernah terkecoh? Seriiing! Hiks, kasihan deh, kamu!
4. Al-Ghamarat (Cinta yang Bikin Oon)
Pernah jatuh cinta dan tiba-tiba merasa oon? Menjadi linglung, ngerasa bodoh, dan seakan hilang semua kepandaian yang pernah kita pelajari sejak bayi? Si dia bertanya, “Kapan hari jadi kota Jakarta?” Lalu kau jawab dengan terbata-bata, “Ngg … pas Jakarta lahir, daku belum lahir ….”
Hihi … inilah Al-Ghamarat itu. Cinta yang buanyak sekali menghinggapi hati manusia.
5. Al-Wahl (Cinta yang Bikin Cemen)
Al-Wahl artinya ketakutan, yakni cinta yang membuat kita jadi merasa kecut, alias pengecut, alias cemen. Ada sebuah syair yang bunyinya begini,
Tiba-tiba dia melihat sang kekasih
Tak sepatah kata terucap dari lidah
Jika cinta datang, ada sesuatu yang kemudian membuatnya gemetar, yang menguasai jiwanya, dan kemudian menawannya. Inilah yang kemudian membuat doski merasa hilang seluruh keberaniannya.
6. Al-Junun (Cinta yang Bikin Sinting)
Arti kata al-junun adalah ‘tutupan’. Cinta yang menggelora, akan menutupi akal, sehingga orang yang sedang diamuk cinta itu jadi terlihat nggak waras. Dia nggak tahu mana yang bermanfaat bagi dirinya, dan mana yang tidak bermanfaat baginya.
Pantas saja dia bisa nyanyi, “Kerana cinta, lautan berapi, pasti akan kurenang, jua ….” Itu sih lagu pop asal negeri jiran yang pernah ngetop di zaman Gizone SMP.
Jika kita melihat, sebenarnya cinta-cinta biasa macam itulah yang paling sering menghinggapi manusia. Ketika cinta mulai datang, ia sebenarnya suci murni, tetapi nafsu manusia kemudian menyampurinya, alias mempolusinya. Sayangnya, manusia kadang enggak mau dengan segera membersihkan cinta itu, dan bahkan membiarkan ia hanyut dalam nafsu, yang akhirnya akan mengantarkan pada rasa dahaga yang sangat (al-huyam), serta jika terus diperturutkan, maka akan terjadi maksiat dan kebinasaan.”
Weitz…kog jadi senyam-senyum sendiri ya???pernah jadi pelaku dari salah satu cinta diatas ya??atau malah pernah ngerasain semuanya?:p Nah loh, hati-hati dan waspada ya sahabat. Setelah kita tahu uraian diatas, mari bercermin dan berefleksi diri agar tak lagi masuk ke dalamnyaJ.
Nah, terus gimana kalo sudah terlanjur? Beristigfar dan memohon ampun padaNya. Semoga Alloh mengampuni hamba-hamba yang selalu sergerak hatinya untuk memperbaiki diri, amin…
Lantas cinta seperti apa yang benar? Yang tidak akan merusak akhlak kita, bahkan justru akan menambah kecintaan kita pada Sang Maha Cinta. Pasti sahabat ingin kan mendapatkan cinta yang istimewa, bukan cinta biasa seperti dalam paparan di atas? Cinta yang istimewa pasti akan memberikan kesenangan dalam hidup. Masih dalam tulisannya, Mbak Afifah Afra memaparkan mengenai cinta yang istimewa. Cinta ternyata mempunyai tingkatan-tingkatan, sebelumnya dalam seminar Metamorphosa yang diadakan oleh SKI FK UNS saya pernah mendapatkan materi mengenai hierarki cinta. Dan dalam tulisannya, Mbak Afra juga memberikan penjelasan yang sama yang akan menambah keyakinan dan menyadarkan pada kita tentang proporsi cinta yang sesungguhnyaJ.
“Cinta itu ibarat energi nuklir. Jika dimenej dengan baik, dalam sebuah reaksi yang terkendali, ia akan bermanfaat sebagai pembangkit listrik yang sangat efisien. Tetapi jika tidak dimenej, reaksinya menjadi tak terkendali, dan energi yang keluar sangat dahsyat, sangat kuat, dan menimbulkan kerusakan yang sangat dahsyat.
Jadi, sebenarnya cinta awalnya putih, lalu akan berubah menjadi sesuai kecenderungan hati manusia. Dan cinta istimewa adalah cinta yang tetap putih dari awal sampai akhir. Mungkin dalam perjalanannya, ia akan mengalami terpaan angin yang merangkum debu, hembusan asap yang bisa menghitamkan, gempuran bakteri yang akan membusukkan, api panas yang menghanguskan, ataupun air dingin yang membekukan.
Tetapi, manusia yang istimewa akan mampu membersihkan, menjaga suhunya agar tak menguap ataupun mensalju, serta selalu menjaga kesegarannya agar tak busuk ataupun menguning dan layu.
Jadi, cinta itu sesuatu yang netral, manusianyalah yang membuatnya rusak, atau tetap istimewa. Jadi, tak ada cinta biasa ataupun luar biasa. Yang ada adalah, manusia biasa ataupun manusia luar biasa. Di jiwa manusia biasa, cinta akan menjadi biasa, dan di jiwa manusia luar biasa, cinta akan menjadi luar biasa.
AGAR MENJADI PECINTA YANG ISTIMEWA
Yeaah… kita telah bersepakat, bahwa cinta istimewa itu adalah sebuah hasil dari usaha. Kalau begitu, sebenarnya cinta yang tak biasa adalah sebuah kata benda, pemilik cintanya itulah yang membuat benda itu terus bersinar terang. Oleh karenanya, tepat sekali kata Mas Salim A. Fillah, cinta itu harus menjadi kata kerja. Kerja siapa? Ya kerja para pecinta itu.
Jadi, tak terlalu penting cinta istimewa itu. Yang paling penting adalah, sang pecinta yang istimewa. Dan yang terpenting lagi adalah, Dzat yang membuat sang pecinta itu menjadi istimewa.
Huhu, kok jadi bingung ya?
Gini, suatu saat kamu melihat sebuah novel yang bagus. Apakah kau akan kagum kepada novel itu sebagai sebuah novel? Tentu saja enggak. Kamu akan kagum kepada penulisnya. Dan, lebih dari itu, kagum kepada Dzat yang telah Menciptakan, Memberi ilham, dan Membimbing si penulis itu sehingga bisa menulis novel itu.
Masih bingung? Puter keran, ambil air wudhu!
Cinta istimewa inilah, yang jika telah kita miliki (yang berarti kita sudah menjadi manusia istimewa), akan mengantar kita kepada keberkahan hidup. Sehingga tak ada salahnya, justru dianjurkan, kita mengikuti syair Khalil Gibran berikut ini,
"...Pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu..."
Jadi, puisi itu tak untuk semua cinta. Hanya cinta tertentu, yakni hakiki, cinta yang didasarkan kepada keimanan yang mendalam. Orang yang memiliki cinta semacam ini, akan menjadikan hidupnya sebagai sebuah pengabdian kepada Illahi. Bahkan kematian adalah sebuah persembahan terindah untuk sesuatu yang dicintainya dan Mencintainya.
Dialah sosok pejuang cinta sejati dan Allah akan menerima cintanya dan Membalasnya dengan surga nan tinggi.
“Tidak ada sesuatu yang dicintai Allah dari pada dua macam tetesan atau dua macam bekas : tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah di jalan Allah; dan adapun bekas itu adalah bekas (berjihad) dij alan Allah dan bekas penunaian kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah” (HR. At Tirmidzi - hadits hasan).
Bagaimana agar kita bisa menjadi pecinta yang istimewa, yang akan mendapatkan cinta istimewa sebagai hasil dari ikhtiar istimewanya?
1. Disiplin dan konsekuen pada hirarki cinta
Emang cinta ada hirarkinya? Ada. Hirarki ini nggak boleh dibolak-balik. Hirarki tertinggi ngak boleh ditempatkan di hirarki bawahnya, apalagi paling bawah. Bahkan, kebinasaan akan muncul karena adanya ketidakdisiplinan dalam menempatkan posisi objek yang kecintaan kita itu. Paham?
Nah, hirarki alias tingkatan cinta itu, dari yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah sebagai berikut:
1. Cinta kepada Allah, yang melahirkan konsekuensi berupa penghambaan.
2. Cinta kepada Rasulullah, yang memberikan konsekuensi berupa meneladani sunnah-sunnahnya.
3. Cinta kepada orangtua, anak, suami atau saudara sekandung, yang memberikan konsekuensi berupa sakinah, mawadah wa rahmah.
4. Cinta kepada sesama mukmin, yang memberikan konsekuensi berupa ukhuwah Islamiyah
5. Cinta kepada sesama manusia, khususnya yang terzalimi, yang melahirkan empati, atau yang memberikan kemanfaatan, konsekuensinya berupa dakwah Islamiyah
6. Cinta kepada benda-benda, yang memberikan konsekuensi berupa pemanfaatan dan perawatan sebaik-baiknya.
Nggak mudah lho, mendudukan jenis cinta sesuai dengan jenjangnya. Misalnya, kita sedang senang dengan laptop kita yang cakep, eh saking asyiknya ber-facebook ria, kita jadi lupa kewajiban shalat, jadi mengabaikan sunnah rasulullah dll. Kalau itu nggak sengaja, atau disebabkan karena lalai, barangkali belum sampai pada taraf musyrik. Tapi, ini juga sudah sebuah gangguan yang berbahaya. Bayangkan, jika kamu dicueki sama ortu yang sangat kamu cintai, pasti kamu merasa jengkel, meskipun ortu kamu mungkin nggak sengaja melakukan hal itu. Ya, kan?
2. Mencoba mengenal objek cinta kita
Tak kenal, maka tak sayang, so … ta’aruf dong! Demikian juga, bagaimana cara mencintai Allah, cobalah kenali Allah, lewat ayat-ayat-Nya. Ayat-ayat itu ada yang qauliyah, yaitu yang tertera dalam al-Qur’an, tetapi ada juga ayat-ayat kauniyah, yaitu yang terbentang di alam semesta. Pengin lebih mencintai Rasulullah, bacalah sirahnya, hayatilah mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah padanya, keteladanan hidupnya, dan sunnah-sunnahnya. Mengenal akan menyebabkan kita mengetahui sifat-sifat objek yang akan kita cintai. Jika sifat-sifat itu bikin takjub, tentu rasa cinta itu sedikit demi sedikit akan terbit, menguat dan mengurat akar hingga dasar lubuk sanubari, jieeeh ….
3. Memperbanyak interaksi dengan objek cinta itu
Setelah mengenal, cobalah bangun interaksi yang lebih dalam. Jika objek cinta itu adalah sahabat, berarti kunjungilah dia, ngobrollah dengan dia, maen bareng, rekreasi bareng, saling bertukar hadiah dan sebagainya.
4. Selalu berdoa agar Allah memberikan kita cinta
Hapal doa yang diucapkan Nabi Daud a.s. berikut ini? “Allahumma inni as aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka, wal ‘amalal ladzii yuballi ghunii hubbaka. Allahummaj -‘al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahlii, wa minal maa il baradi.”
”Ya Allah, aku memohon kepada-Mu atas kecintaan-Mu dan kecintaan orang-orang yang Kau cintai dan aku memohon kepada-Mu atas amal yang menyampaikan aku kehadapan-Mu karena cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cintaku pada-Mu lebih aku cintai daripada cinta pada diriku sendiri, keluargaku bahkan air yang sejuk (ketika aku sedang kehausan)” ( HR Tirmidzi).
Ucapkan doa itu di setiap waktu yang ijabah (dikabulkannya doa-doa). Insya Allah, cinta itu akan lahir, pelan-pelan, dengan aliran yang tak meluap seperti bah, tenang, namun indah dan lestari.”
Nah, sekarang sudah tahu kan cinta yang istimewa. Masih mau cinta yang biasa-biasa saja???Check niat dan upgrade niat anda sekarang juga:D. Segala kebenaran hanya milikNya.
Semoga bermanfaat^0^
Komentar
Posting Komentar