Sudah siapkah cinta?


Setelah kita mengetahui hakikat cinta yang sebenarnya menurut syariat, kita bisa lebih aware dalam menjaga hati kita, karena cinta yang paling utama adalah cinta kepada Alloh. Cintailah Sang Pemilik cinta, maka anda juga akan mendapatkan cinta dari orang yang senantiasa mencintai sang pemilik cinta. Ingat, anggap saja ini rumus. Masih belum paham?? Mungkin seperti ini, saat anda begitu tulus mencintai Alloh dengan selalu mendekatkan diri padaNya, maka Alloh dengan cintanya akan mendekatkan anda pada saudara sesama muslim yang juga mencintai Alloh sehingga bertambah kokoh kecintaan anda pada dzat Maha Cinta, Alloh azza wajalla. Namun sekarang ini jika kita amati, dengan pesatnya perkembangan teknologi, para pemuda yang seharusnya menempa diri dengan banyak ilmu, baik ilmu dunia dan ilmu agama justru terperangkap dalam pengertian cinta yang sempit. Berapa banyak llirik lagu cinta yang mereka hafal dibanding hafalan Al Qur’an? Begitu meresapnya lirik-lirik itu kedalam pemahaman mereka sehingga banyak yang menyempitkan hakikat cinta. Yang mereka kenal hanya cinta dengan lawan jenis, meskipun masih ada beberapa lagu yang mengenalkan kita akan cinta pada sesama, pada orang tua terutama Ibu – Bapak. Namun kebanyakan dan sebagai contoh yang nyata, anak yang masih kelas 1 SD begitu hafal tentang lirik lagu cinta, dia bahkan bisa menceritakan bahwa teman sekelasnya yang bernama A dan B berpacaran, Astaughfirulloh. Semoga kita bisa meluruskan pemahaman mereka.
 Umumnya, ketika rasa cinta itu datang banyak dari kita tak sabar menyimpannya sehingga dengan tanpa malu, kita mengungkapkan pada objek yang kita kenai. Ujungnya dari penumpahan rasa itu, banyak yang ingin secara tidak legal mendekatkan diri dan mengikatkan diri satu sama lain dengan satu alasan yaitu karena cinta. Mungkin banyak dari kita pernah melakukan hal seperti itu karena kurangnya ilmu dan ketidak tahanan kita dalam menahan hawa nafsu kita. Namun setelah kita mengetahuinya, marilah membuka lebar pemahaman cinta menurut agama kita. Lantas kenapa pernikahan adalah jalan yang dapat menyelamatkan kita dari fitnah dan kehancuran moral?
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani)

Dalam hadis lain dalam derajat shahih, Rasulullah Saw. bersabda: “Tiga golongan orang yang pasti mendapat pertolongan Allah, yaitu budak mukatab yang bermaksud untuk melunasi perjanjiannya, orang yang menikah dengan maksud memelihara kehormatannya, dan orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR Turmudzi, An-Nasa’i, Al-Hakim dan Daruquthni).

Ternyata Alloh akan memberikan pertolongan lewat pernikahan. Sebelum lebih jauh kita membahas mengenai pernikahan, hal yang juga perlu kita pahami yaitu adalah hakikat jodoh itu sendiri. Banyak yang masih bertanya mengenai hakikat jodoh itu sendiri termasuk saya. Disini saya banyak mengambil ilmu dari tulisan Mbak Afra lagi yang kurang lebih seperti dibawah ini:


“Makhluk yang pertama kali Dicipta Allah adalah al-qalam. Dengan al-qalam, Allah menuliskan takdir manusia dalam Lauhil Mahfuzh, induk segala kitab. Salah satu yang tertulis di sana, adalah jodoh. Jadi, jodoh adalah sebuah ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Ia akan datang, meskipun saat ini barangkali kita belum siap, atau tak juga datang meskipun kita merasa sangat siap. Seorang guru saya pernah mengatakan, pernikahan itu ibarat kematian, kita tak bisa memprediksi, hanya bisa mempersiapkan.
Jadi, sikap terbaik menghadapi hal yang satu ini adalah TAWAKAL. Tetapi, jangan abaikan ikhtiar. Ikhtiar sangat perlu, hanya saja, Allah memiliki sifat Qudrat dan Iradat yang perlu kita hadapi dengan kepasrahan.

Ada beberapa pandangan saya mengenai pernikahan, semoga bisa menjadi bahan diskusi.

1. Pernikahan adalah bentuk ibadah, jadi jangan pernah ada kata ITSAR dalam pernikahan. Jika ada seorang meminang, dan secara dien dia baik, kemudian kita merasa mantap, mengapa kita menolaknya?

2. Sebuah ibadah, bisa diterima atau tidak, tergantung NIAT dan cara pelaksanaannya. Maka, nikah bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang. Ia bahkan awal dari sebuah perjalanan yang melelahkan. Niat bisa berubah di tengah-tengah proses, bahkan menjelang akhir proses, kematian. Maka, mari kita selalu meng-up-grade niat, dan memperbaiki cara kita berinteraksi dengan pasangan kita, meski usia pernikahan sudah tak terbilang muda. Lima tahun, sepuluh tahun, tiga puluh tahun?

3. Nikah adalah separuh dien. Jika baik, ia adalah separuh jalan menuju surga. Tetapi jika buruk, maka… ia adalah separuh jalan menuju neraka. Na’udzubillahi min dzaalik.

4. Nikah bukanlah sebuah pesta pora. Bukanlah prestasi. Bukanlah sebuah kemenangan. Bukanlah sesuatu yang harus dipamerkan. Jadi, jagalah sikap kita. Seringkali para pasangan muda terlalu over memamerkan kemesraannya di hadapan orang-orang yang masih lajang.

5. Ketika kita menikah, amanah kita bertambah. Ketika punya anak, semakin bertambah lagi. Maka, hisab kita di akhirat kelak, akan semakin panjang. “Bagaimana kau bersikap terhadap pasanganmu, anak-anakmu, mertuamu, adik-kakak iparmu, dst…” Jadi, wahai para lajang, yang telah ingin menikah namun karena takdir Allah, pasangan belum datang, sesungguhnya beban antum wa antunna kelak di akhirat, jauuuuuh lebih ringan daripada para ibu, para bapak, yang kerepotan dengan anak-anak mereka. Bukankah Surga itu jauh lebih indah daripada apapun? Bukankah surga, dan ridha-Nya, adalah tujuan utama setiap manusia? Sedangkan menikah, berkeluarga, hanyalah sarana. Ketika Allah menakdirkan kita untuk tetap lajang, sesungguhnya jika kita ridho, maka kita Allah telah memberikan beban yang lebih ringan untuk menuju surga.

6. Akan tetapi, menikah tetaplah harus diusahakan. Ikhtiar harus dioptimalkan. Maka para ikhwan, mari berusaha lebih kuat dalam mencari ma’isyah. Ayo bekerja lebih keras lagi dalam meng-up grade diri. Jangan bermalas-malasan. Lihatlah deretan para akhwat yang tengah menanti… kasihan sekali mereka karena antum seringkali terlalu banyak pertimbangan. Ayo bina para lelaki yang lain, agar mereka bisa seshaleh antum, karena bagaimanapun juga, populasi lelaki shaleh saat ini begitu sedikit dibanding perempuan shalihah. Dan para perempuan shalihah, ayo perkuat diri kita. Bersiaplah menjadi Ummu Sulaim-Ummu Sulaim baru, yang mampu menghijrahkan Abu Thalhah dan menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mahar pernikahan mereka. Dan wahai para murabbi dan murabbiyyah… marilah kita berpikir lebih keras… lebih keras dan lebih keras lagi… agar kita mampu mengikhtiarkan perjodohan saudara-saudari kita, dengan proses yang indah dan bersih.”
Nah, bagaimana sudah siapkah anda menikah? Kalau sudah maka segerakanlah. Namun jika belum berpuasalah untuk tetap menjaga diri anda.

“Siapa belum sanggup menikah, puasalah karena dapat menghilangkan nafsu birahi (HR. Bukhori)”

Wallahu a’lam bish-shawab. Semoga kita semua bisa tetap terjaga olahNya, amin…^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernikahan dan Tradisinya di Pekalongan

Mengajarkan Simple Past Tense Dengan Game

Report Text