Jangan salah, mertua pun cemburu!

Suatu ketika Sari sedang membaca buku di teras belakang, kemudian ibunda menghampiri. Beliau langsung bertanya dengan lugasnya, "Dek, bulan ini sudah dapet transfer dari masmu?". Karena keasyikan membaca, Sari pun tak terlalu memperhatikan Ibundanya. "Dek?ibu lagi tanya kamu lho?", ulang ibunda. "Iya, apa bu?", jawab Sari. Ibunda pun menjelaskan kembali apakah kakaknya sudah mentrasfer uang ke rekening Sari. Dengan muka malas Sari pun menjawab, "Belum bu, tapi bulan kemaren uda transfer kog", bela Sari. "Ohhh...ya syukur kalo bulan kemaren km dikirim", dengan nafas lega ibu menjawab.

Menurut Sari, ibundanya itu sangat perhatian pada kehidupan masnya. Maklum, karena hanya mempunyai dua orang anak, dan kebetulan anak pertamanya juga sudah berkeluarga. Sejak berkeluarga, Sari tinggal bertiga dengan kedua orang tuanya. Masnya yang sudah berkeluarga tinggal di perumahan yang tidak jauh dari rumah orang tuanya. Sesekali masnya datang saat liburan membawa cucunya, Radit. Namun tak sering, menantunya datang kesana, alasannya gantian menjaga rumah,ada arisan, dan yang alin sebagainya. Walaupun begitu ibunda Sari memaklumi menantunya, beliau amat sayang pada menantu pertamanya tersebut. 

Namun suatu ketika, ibunda mengeluh pada Sari. "Dek, masmu kog kebutuhan sandangnya sederhana sekali ya? beda sama istrinya yang pakaiannya selalu baru, sandalnya yang bermerk, dan kerudung-kerudungnya yang selalu ngikutin tren?". Sari pun langsung membesarkan hati bundanya, "Lho kog ibu bilang begitu, justru ibu harusnya bangga punya anak seperti mas, yang mampu membahagiakan istrinya, mencukupi kebutuhannnya to?". Ibu langsung senyum mendengar jawaban Sari, "Iyo nduk, tapi yo liyat to, bajune Radit, keliatan kucel dan kalo dibawa kesini pasti bajunya itu melulu, kasihan ". Sari merasakan apa yang diharapkan ibundanya, ibu tahu kalau masnya itu pekerja berat, sebagai teknisi di salah satu perusahaan motor terkenal, ia selalu dikejar waktu, kadang sabtu minggu pun masuk. Namun Sari pun tak bisa mencampuri urusan masnya. Toh masnya sudah menyedekahkan hartanya untuk Sari dan ibunya tiap bulan. Sari pun sadar bahwa perhatian masnya sudah agak berkurang, sejak keluarga kecil masnya itu punya rumah sendiri. Ibunda Sari tak lagi berlibur bersama masnya, dulu kebiasaan masnya adalah setiap hari minggu selalu mengajak ibu ke Taman pusat kota bersama istri dan anaknya. Ya, walau hanya ke taman, walau ibu disana pun malah mengurusi radit yang masih belajar berjalan, sedangkan mas Sari dan istrinya berduaan layaknya orang pacaran.Namun menurut Sari, saat-saat seperti itu adalah saat dimana ibundanya bisa merasakan kehadiran anak laki-lakinya, mengingat kembali masa kecil anak pertama kesayangannya. Mungkin dengan bersama disana, ibunda dapat menghapus rindu yang tersimpan untuk anaknya tanpa harus mengurangi kebahagiaan menantunya saat berduaan dengan anaknya. Ibunda begitu sayang dengan mas Sari, salama Sari mempergoki ibunda bermunajat, ibunda selalu memanggil nama anak laki-lakinya dengan tangis rindunya." Hanif, semoga Allah selalu menyayangimu, melindungimu, dan menjagamu dengan kasih sayangNya walau bukan lewat tangan ibu, ibu rindu kamu Hanif ".


Begitu besar cinta seorang ibu pada anaknya, semoga menjadi renungan bagi kita sebagai anaknya agar tetap ingat akan cinta dan kasih dari orang tua kita terutama ibu. Dan semoga ketika kelak, ketika kita menjadi menantunya, kita tak merampas cinta ibu dari anaknya karena cinta Ibu pada anaknya tak akan mati,amin...Wallahu a'lam bishawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernikahan dan Tradisinya di Pekalongan

Mengajarkan Simple Past Tense Dengan Game

Report Text