Titik (.)

Bismillah
Melihat berita kecelakan baik karena kesalahan manusia ataupun keadaan alam di berbagai media akhir-akhir ini, semakin mengingatkan diri ini pribadi tentang kematian. Seperti dalam postingan sebelumnya bahwa pernikahan seperti kematian, yaitu hal yang tak pernah kita ketahui datangnya. Karena hanya Alloh lah yang mengetahuinya. Sebagai manusia kita hanya mampu mempersiapkannya. Kapan kita akan dijemput?dimana? dan kapan? Jam, menit dan detiknya telah tertulis di lauful mahfudz.
"Setiap jiwa itu akan merasakan kematian. Hanyasanya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperolehi kebahagiaan. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan harta benda tipuan belaka."
(ali-lmran: 185)

"Seseorang itu tidak akan mengetahui apa yang akan dikerjakan pada esok harinya dan seseorang pun tidak akan mengetahui pula di bumi mana ia akan mati."
(Luqman: 34)

"Maka apabila telah tiba waktu ajal mereka, tidaklah mereka itu dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak kuasa pula mendahuluinya."
 (an-Nahl: 61)

"Hai sekalian orang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu itu melalaikan engkau semua dan mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang memperolehi kerugian. Dan nafkahkanlah - untuk kebaikan - sebahagian dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua sebelum kematian mendatangi seseorang dari engkau semua, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku mengapa aku tidak Engkau beri tangguh barang sedikit waktu, supaya aku dapat memberikan sedekah dan aku dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih. Allah sama sekali tidak akan memberikan tangguhan waktu kepada sesuatu jiwa jikalau telah tiba ajalnya dan Allah adalah Maha Periksa perihal apa saja yang engkau semua lakukan." (al-Munafiqun: 9-11)

Alloh itu sangat dekat, dan Dia datang dalam bentuk apapun. Dan datangnya kematian seseorang, dapat menimbulkan rasa kehilangan yang mendalam bagi keluarga ataupun kerabat yang ditinggalkan. Rasa kehilangan itu bisa berupa kesedihan maupun kesenangan. Akankah, keluarga kita yang kita cintai akan merasakan kehilangan karena amal-amal baik kita? Atau bahkan justru mereka senang akan kepergian kita karena hilang pula amal buruk kita, Na’udzubillahi min dzaalik.
Saat ajal kita datang, kita tidak bisa mengulur bahkan menolaknya. Kita tidak bisa memilih, hari, jam, tanggal, tempat, dan dalam keadaan seperti apa? Kecelakaan yang menewaskan beberapa orang itu, mungkin membuat keluarga korban sangat terpukul, dan juga menorehkan luka bagi keluarga yang ditinggalkan kepada pelaku yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Kesedihan masih juga tak bisa terbendung, ada keluarga yang ikhlas, namun juga ada yang tidak. Mungkin ketika kita menempati posisi sebagai keluarga, boleh jadi kita merasakan hal yang sama.
Namun, ketika kita menilik lebih dalam. Inilah scenario Alloh. Betapa perih dan berat harus dengan ikhlas kita terima demi mendapatkan keridhoannya. Inilah cara Alloh memperingatkan kita, manusia yang masih hidup untuk terusmempersiapkan diri ketika saat itu tiba. Teringat dalam salah satu ceramah ustad Yusuf Mansur, beliau menceritakan seseorang yang telah meninggal. Ketika jenazahnya baru saja dikubur, tiba-tiba datang seekor ular yang akan memangsanya, kemudian dari arah yang tak disangka muncur ular kedua yang menyelamatkan nya, ular kedua menjelaskan bahwa semasa hidupnya Almarhum pernah menyedekahkan uangnya ke masjid. Dan kemudian muncul ular-ular selanjutnya yang menyebutkan kebaikan beliau. Subhanalloh.
Sekecil apapun amalan baik kita pasti akan dicatat, apalagi amalan buruk yang sengaja kita lakukan, astaughfirulloh. Jadi apa yang kita tunggu? Karena besok hari kita tidak tahu apakah kita masih bisa bernafas apa tidak. Siapa yang kelak akan mengurus jenazah kita, mengantarkan kita ke liang kubur, terus mengirimkan doa untuk kita, membayarkan hutang-hutang kita, memintakan maaf atas kehilafan kita. Dan hal yang terbesar adalah pertanggungjawaban kita waktu kita dihisab. Innalillahi wainna ilaihi roji’un
Wallahu’alam bishawab. Semoga menjadi pembelajaran, dan mengingatkan kita untuk terus meningkatkan ibadah dan kebermanfaatan hidup bagi alam semesta milikNya. Dan semoga Alloh terus menuntun kita untuk terus dijalanNya, memanggil kita dalam keadaaan khusnul khotimah, amin…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernikahan dan Tradisinya di Pekalongan

Mengajarkan Simple Past Tense Dengan Game

Report Text